Genre : Crime, Friendship,
Fantasy
Rating : T
Author : @MarthAngel1004
Main Casst :
Yesung as Jerome Kim
Kyuhyun as Marcus Cho
Support Cast :
Sungmin as Vincent Lee
Eunhyuk as Spencer Lee
Donghae
as Aiden Lee
“Kita
sudah ditunggu, ayo pulang!” ia mengatakan itu sambil tersenyum.
Aku benar-benar heran dengan sifat
robotnya itu. Sebenarnya siapa yang mengirimnya? Mungkinkah tujuannya adalah
memata-mataiku, karena aku merupakan robot pertama yang hampir menyerupai
manusia. Jika pulang aku tidak punya kesempatan bagus lagi untuk membongkar
identitasnya, aku harus mencari cara lain untuk memperlambatnya menuju jalan
pulang.
“Pulang
sekarang, memangnya ada apa? Telepon dari siapa itu?” tanyaku.
Lalu
ia bangkit dari kursi taman dan membetulkan seleting jaketnya, “Aiden dan
Vincent sudah pulang, mereka membeli makanan untuk kita sarapan.”
“Benarkah?
Tapi aku belum lapar.” Sekarang wajahnya terlihat bingung. “Kau tadi mengajakku
membeli pakaian kan? Ayo kita beli, tidak nyaman memakai baju yang terlalu berkeringat!”
“Baiklah
kalau begitu.” Ia memasukkan kedua tangannya ke kantong jaket lalu berjalan
menuju pertokoan, diikuti aku dibelakangnya.
Dia benar-benar sangat menyebalkan,
berakting seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Diperjalanan kami cukup menarik perhatian
sehingga harus mempercepat jalan kami, sebenarnya aku tidak terlalu menyukai
keramaian tapi sayangnya keramaian itu sering menghasilkan keberuntungan
untukku.
Tanpa sadar aku yang sedari tadi
menghayal menabrak Spencer yang tiba-tiba berhenti. Ia menunjuk kesebuah toko
dengan etalase besar yang isinya baju-baju bermerek, tidak diragukan Spencer
memiliki selera yang bagus. Untuk sesaat aku bingung, sampai ia menyikut
lenganku.
“Kenapa,
kau tidak suka?”
“Mungkin
aku harus bekerja setahun untuk dapat membeli baju disini.” Candaku.
Ia
kembali tersenyum “Bagimana yang disana?” ia menunjuk sebuah toko pakaian tepat
di ujung jalanan yang jaraknya lebih dari 100 meter.
“Kita
kesana?” ia mengangkat kedua alisnya menunjukkan pertanyaan, “Apa tidak terlalu
jauh?” kini wajahnya menunjukkan ekspresi menyedihkan, “Matamu bagus juga bisa
melihat jarak sejauh itu.” Dan ia tersenyum. Lagi.
Orang ini... maksudku benda ini, dia
sangat aneh. Kupikir robot yang lain sama halnya denganku hanya saja, kalau
robot petarung dilengkapi dengan persenjataan, robot pembantu dilengkapi alat
pembersih, dan robot pekerja memiliki keahlian yang lain. Tapi tidak dengannya
yang selalu berekspresi saat merespon setiap perkataanku, robot jenis apa dia
ini?
‘Pipipipi~’ Bagus, seseorang kembali menggangguku.
Ternyata nama Marcus yang muncul dilayar ponselku.
“Halo?”
“Jerome, semua sudah
selesai.”
“Apa?”
rupanya aku melupakan sesuatu yang penting.
“time machine...”
ia berbisik saat mengucapkan kata itu.
“Benarkah?”
“Kau dimana?”
“Aku
masih jalan dengan Spencer.” Kataku sambil melihat Spencer yang menekuk jarinya
di bibir saat melihat-lihat pakaian, lalu disusul Marcus yang mendesah.
“Baiklah, aku akan segera kesana. Tunggulah, sekarang kau pikirkan cara agar
mereka tidak tahu.”
“Baik. Aku tunggu.”
‘Bip!’
“Siapa?”
tanya Spencer saat aku sudah memasukan ponselku ke saku celanaku.
“Marcus,
ia juga sudah menungguku.”
“Bajunya?”
“Lainkali
saja. Aku sudah lelah.” Kataku sambil menggaruk leherku.
Lalu ia mengangguk dan berjalan
cepat kebelakangku. “Kau duluan.” Ia mendorongku dari belakang dengan sekuat
tenaga, sampai-sampai aku tidak bisa menghentikannya. Dan untuk melepaskannya
aku berlari.
Sesampainya di depan pintu, kami
berdua berebutan masuk, dan aku yang memenangkannya. Saat masuk, kulihat dengan
jelas Vincent dan Aiden sedang berdempetan di depan mesin cuci piring, sambil
tertawa beberapa kali Vincent mencubiti pipi Aiden, sampai Spencer masuk...
“AIDEN
APA YANG KAU LAKUKAN?!” Spencer berteriak saat melihat Aiden tersenyum pada Vincent,
dan setelah teriakan itu Aiden membelalakan matanya lalu segera menjauh dari
Vincent dan menghampiri Spencer dan meminta maaf.
“Vincent-ssi?”
panggilku.
Ia
tersenyum kaku disertai wajah putihnya di hiasi butiran-butiran keringat “Ah,
Jerome-ssi. Sudah pulang? Itu makanan mu ada di microwave, makanlah sekarang
sudah siang!”
Aku
mendekatinya lalu berbicara perlahan, “Apa yang terjadi?”
“Ah..
itu...” sekilas ia menundukkan kepalanya untuk mengusap keringat yang membasahi
dahinya. “Ah, tidak. Aku tidak bisa memberitahumu disini.”
Aku mengerutkan keningku saat
bingung mendengar pernyataannya itu. Tapi kemudian ia segera menarikku pergi
menjauh sebelum Spencer yang masih mengomeli Aiden itu melihat kami
berbisik-bisik dan ingin tahu apa yang kami bicarakan. Vincent menarikku ke
lantai atas, lalu masuk ke kamar mandi yang ada tepat di depan pintu kamar
Marcus yang sudah menungguku.
“Ada
apa?” tanyaku buru-buru. “Kenapa kau tidak bisa memberitahuku di bawah tadi?
Apa kau juga tahu?!”
“Bahwa
Spencer adalah robot? Jawabannya adalah iya. Ia tidak sepertimu, ia punya
rencana jahat makanya aku tidak berani bilang dibawah.”
Dengan
perasaan setengah kaget aku kembali bertanya. “Apa Aiden juga?”
“Bukan,
tapi di korban. Aiden di ancam akan dibunuh jika ia tidak mau bekerjasama
dengannya. Dari awal Spencer sudah mengetahui bahwa kau itu robot yang dibuat
Marcus Cho, ilmuan hebat pada masamu.”
Masih banyak yang ingin kuketahui
sampai-sampai mulutku bergetar karena penuh dengan pertanyaan. Aku harus tahu
semua yang berhubungan dengan Spencer, dari Vincent yang menerima bocoran dari
Aiden. Tapi semua itu harus kutunda dulu saat seseorang mengetuk pintu kamar
mandi.
“Apa
ada orang di dalam? Cepatlah!” suara marcus terdengar parau dari balik pintu.
Aku membuka pintu dengan perlahan,
tapi segera setelah gagang pintu kuturunkan Marcus mendorong pintu dan memaska
untuk masuk. Dan setelah ia berhasil masuk ia langsung membelakangiku dan
membuang fesesnya sebelum aku menutup pintu. Dan saat ia masih belum juga
menyelesaikannya, Vincent memberiku sinyal untuk menutup pintu dan menguncinya.
Setelah Marcus selesai, ia kembali
berbalik. Segera setelah ia melihatku wajahnya yang tegang berubah cerah, ia
langsung melempariku dengan kata-kata ilmiah yang tidak kumengerti juga ia menyebutkan
‘Time Machine’ dengan sangat berantakan. Sampai akhirnya ia menyadari seseorang
hampir kehilangan hidupnya karena punggungnya menekan dada Vincent.
“Maaf.
Tapi apa yang kalian berdua lakukan disini?”
“Kami
tidak melakukan apa-apa, kenapa wajahmu serius begitu? Kami hanya bicara.” Ujar
Vincent setelah kembali mendapatkan nafasnya.
“Kami
sedang membicarakan sesuatu mengenai Spencer.” Tambahku.
Marcus
memajukan bibirnya, lalu dengan cepat menutup hidungnya dengan dua jari “Ayo
kita bicara di kamarku! Disini benar-benar bukan tempat yang bagus.”
Cepat-cepat Marcus melewatiku yang sudah membuka pintu.
“Ini
semua kan gara-gara kau.” Gerutu Vincent itu sempat membuat Marcus membalikkan
badannya untuk memelototi-nya yang mengikuti dari belakang.
Saat keluar aku sempat meninggalkan
Marcus dan Vincent yang sudah masuk ke kamar untuk mengintip apa yang Spencer
lakukan pada Aiden. Ternyata Spencer sedang menikmati sarapan siangnya ditemani
Aiden yang berkeringat dingin duduk disebelahnya. Tapi kemudian Aiden mendongak
dan berhasil menangkapku yang sedang memperhatikannya. Aiden memberiku kode
bahwa setelah ini ia dan Spencer akan pergi keluar. Aku mengangguk padanya lalu
segera kembali ke kamar Marcus.
Saat aku kembali dan masuk ke dalam
kamar , Marcus dengan wajah berpikirnya berusaha mendengarkan cerita Vincent
yang tadi sudah ia beritahukan padaku. Aku mendekat untuk memastikannya, benar
cerita yang sama tapi dengan gaya yang berbeda.
“Spencer?!”
Marcus mengejutkan aku yang melamun, “Benarkah itu?”
“Pelankan
suaramu!” perintah Vincent.
“Dengar!
Spencer dan Aiden akan segera keluar. Jadi bagaimana dengan masin waktumu itu
Marcus-ssi?” ujarku.
Vincent
menoleh kaget. “Mesin waktu apa?! Kenapa kalian merahasiakannya dariku?”
“Kupikir
Marcus sudah memberitahukannya padamu.”
“Ah
maaf, aku lupa. Mungkin karena aku sedang stress.” Kata Marcus mengaku sembari
menggelengkan kepalanya.
“Stress?
Sudah kubilang kau itu kerja terlalu keras. Aku ajak ke taman untuk cari udara
segas saja kau tidak mau.” Vincent duduk di belakang punggung Marcus dan memijatnya.
“Baiklah, mungkin lain kali aku harus melakukannya.”
Bosan
menonton, “Mesinnya?”
Masih
sambil menikmati sensasi pijatan Vincent, Marcus berusaha menjawabku. “Kita
harus menggunakannya di bawah sinar matahari.”
“Diluar?”
“Iya,
jadi kita bawa alat ini keluar.”
Bersusah payah kami bertiga
mengangkut benda aneh itu ke halaman belakang dengan cepat, takut matahari
keburu tenggelam juga takut Spencer kembali. Hanya ada satu tempat duduk, aku
dan Vincent berpikir keras bagaimana cara menggunakan benda ini.
Setelah sebuah kabel di sambungkan ke steker,
kemudian Marcus naik bendanya yang disebut ‘Time Machine’ itu, ia berusaha
menggowes pedal sepeda itu sendirian, sedangkan kami hanya bisa melihat dengan
heran. Tak lama, seorang anak kecil muncul sambil mengemut lollipopnya ia bertanya
pada kami dengan nada khas anak kecilnya.
“Hyung,
apa yang sedang kau lakukan?”
Marcus
menoleh dengan kaget, tapi ia tidak mengucapkan sepatah katapun. “Ia, sedang
berusaha menurunkan berat badannya.” Bela Vincent.
“Tapi,
Hyung itu sudah kurus.” Balas anak itu lagi sambil menunjuk Marcus dengan
lollipopnya.
“Iya
memang, tapi ia butuh berkeringat supaya tidak mati.”
“Kenapa
Hyung bisa mati?”
“Karena
ia seorang manusia.”
“Aku
juga manusia, tapi aku tidak akan mati... Karena aku makan Loli.” Ujar anak
manis itu.
“.
. . . .”
Aku membayangkan wajah Vincet
memerah setelah lelah bertarung mulut dengan anak manis itu. Dan tanpa
memperdulikan keduanya Marcus kembali mencoba menggowes benda itu. Yang aku
pikirkan sekarang, kenapa aku seperti orang yang tidak berguna? Sepertinya
selama aku disini aku hanya menjadi saksi mata...
‘Henrrryyyy~ Ayo masuk...
jangan bermain dengan orang aneh!’ terdengar suara
wanita dari jauh.
“Iya
mom, sebentar!” anak itu membalas panggilan ibunya. “Hyungdeul, aku masuk ya?
Jangan mengejarku oke?” lalu ia berjalan dengan girang membelakangi kami, dan
menghilang dalam sekejap.
Vincent
menoleh padaku, “Anak itu gila...” dan tanpa sadar aku mengangguk.
.
. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . .
. . .
. .
.
Sudah hampir satu jam Marcus memutar
kakinya di atas benda itu, demi keberhasilannnya ia tidak menyuruh kami
bergantian bahkan sampai seluruh bagian pakaiannya basah. Untung Marcus sudah
terbiasa dengan tekanan.
“Hi..
hhiduuupp!!! Ini hidup, ayo cepat naik!” Marcus berteriak sangat kencang segera
setelah ia berhasil menyalakan benda itu. “Jerome-ssi, beri tahu aku
tanggalnya.”
Dengan
cepat aku menjawab “1 juli 2058.” Dan dengan segera Marcus memasukkan tanggal
itu ke alat.
“Ya
bagus, pasti bisa! Jerome cepat pegang lenganku! Ayo Vincent cepat!” Marcus
menengok ke belakang mencari Vincent yang tidak segera menghampirinya. “Vincent
apa yang kau lakukan? Cepat kesini!”
Aku juga menengok kebelakang untuk
melihat apa yang dilakukannya. Ternyata Vincent berdiri di dalam rumah dan
menampakkan dirinya di jendela dekat steker dimana sepeda ini tersambung.
Marcus terus saja berteriak menyuruh Vincent untuk segera kemari, tapi dengan
tatapan kosongnya Vincent malah mencabut kabelnya.
“MWO?!”
Sekarang ‘Time Machine’-nya mati dan
berhenti bercahaya. Sedangkan Vincent tersenyum menyeringai diikuti dua pasang
bola biru menyala dibelakang-nya mulai mendekat.
~TBC~
Thank you for reading, comment for the next part
TAKE OUT WITH FULL CREDIT!!!
Cr : matha-kpop.blogspot.com
fanfiction & cover by @MarthAngel1004 / martha_sujushiee@ymail.com / Park Seul Chan
TAKE OUT WITH FULL CREDIT!!!
Cr : matha-kpop.blogspot.com
fanfiction & cover by @MarthAngel1004 / martha_sujushiee@ymail.com / Park Seul Chan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar