Rating : T
Author : @MarthAngel1004
Main Cast :
Yesung as Jerome Kim
Kyuhyun as Marcus Cho
Support Cast :
Sungmin as Vincent Lee
Eunhyuk as Spencer Lee
Prolog : Y-84 terlempar ke
masa lalu. Segera setelah ia menyadari bahwa dirinya adalah robot, ia dapat
dengan cepat menguasai dirinya. Lalu setelah ia terbang ke sebuah kota ia
bertemu dengan orang yang telah menciptakannya dimasa depan, Marcus dan
asistennya Vincent. Mereka lama berbincang Y-84 mengaku bernama Jerome Kim, tapi
setelah Marcus menganggapnya sebagai teman, Marcus mulai menyadari ada yang
aneh dari Jerome...
Marcus
dan Vincent langsung menyeretku yang tidak mau menjawab masuk kedalam taxi,
tapi di taxi kami bertiga mungkin sama-sama punya pikiran aneh yang sama dan
memutuskan untuk tidak mengumbarnya di hadapan publik.
Tak
lama, kami sampai di depan sebuah rumah bercat putih, didepannya terdapat kebun
kecil yang rata-rata tumbuhannya telah layu. Ini mataku atau memang bangunan
bertingkat ini terlihat miring seperti akan rubuh? Bahkan, lebarnya tidak
sampai 5 meter. Kami masuk kesana, aku masih dituntun mereka di kedua lenganku
dengan perlahan memasuki ruang tamu. Lalu aku dibanting ke sofa, dan mereka
berjongkok sambil melotot di depanku.
"Hei Lee, apa pikiranmu
sama denganku?" tanya Marcus tanpa menoleh padanya dan tetap menatapku.
Vincent mengangguk singkat
"Mungkin."
"Kau Jerome Kim, dari
Hongdae benar?" aku mengangguk untuk pertanyaan Marcus itu.
"Benar?" tegasnya, dan kali ini aku mengangguk. "Lalu?"
"Tapi... Kalau aku
menceritakan yang sebenarnya, janji kalian tidak akan membunuhku!"
sekarang aku belajar rasa takut.
Marcus
dan Vincent saling menatap bingung, tapi setelah itu mereka tertawa bersamaan
sampai mengeluarkan yang disebut air mata bahagia. Aku menunggu dengan sabar...
Aku jadi merasa memerankan tokoh bintang komedi yang tidak mengerti kenapa penonton
bisa tertawa. Lama kelamaan aku bosan melihat hanya mereka yang tertawa, dan
yang kulakukan adalah ikut tertawa. Terbahak-bahak sampai saling tunjuk. Hal
ini lumayan melelahkan, sampai di 7 menit 14 detik kami berhenti bersamaan.
Wajah Marcus berubah serius
"Hahh.. Apa katamu barusan? Aneh sekali. Membunuhmu, memangnya kau siapa,
pengedar? teroris? Kau tahu, walaupun aku akan membunuhmu aku tidak akan
sanggup. Benarkan?" lanjutnya terus memukul lengan Vincent pelan.
"Benar. Apa maksudmu
hah?"
"Apa dimata kalian aku
tidak terlihat aneh?"
"Aneh kenapa? Maksudmu
kau bukan manusia?" Vincent memencet pipiku dengan jari telunjuknya.
"Benar." jawabku
mengaku.
"Lalu kau ini apa?"
tanya Vincent lagi, tapi kali ini terlihat seperti sedang bercanda.
Tanpa niat menanggapi
candaanya, aku hanya berusaha ingin selamat."Aku Robot, namaku Y-84 dan
diciptakan oleh Prof. Marcus Cho di tahun 2058 ."
"NE?!" kata mereka
bersamaan.
"Kau gila?"
"Tidak, tidak. Dia tidak
bercanada." bantah Marcus, "Bagaimana kau bisa sampai kesini?"
"Aku ditransfer ke
tempat pembuangan melalui mesin waktu. Dan aku bisa sampai kesini menggunakan
jet pack."
"Ya ampun, apa aku yang
menciptakan itu semua?" aku mengangguk tapi lalu ia menggeleng. "Aku
membuang sampah ke masa lalu? Kenapa? Apa kau tahu itu?"
"Di
tahun 2058 , satu-satunya lahan kosong adalah lapangan militer.
Semuanya serba instan dan serba daur ulang, jadi orang-orang tidak perlu buang
sampah." jelasku.
"Lalu aku?" timpal
Marcus penasaran.
"Singkat saja. Kau tidak
suka daur ulang."
"Eee, cerita bagus
tapi.." Vincent menguap, lalu berdiri. "Aku tidur duluan ya? Sampai
besok pagi." dan ia segera naik ke atas.
"Ayo kau juga!"
perintahku pada Marcus.
"Kenapa kau
memerintahku? Aku belum ngantuk. Ayo cerita lagi!"
Aku menggeleng, "Aku ini
baru diciptakan tahu."
"Apa karena aku kira kau
rusak, maka aku membuangmu kemari begitu?"
"Bukan, tapi karena
perang." dia menatapku penuh pertanyaan "Manusia mulai memerangi kami
para robot yang jumlahnya melebihi manusia."
"Di tahun itu sudah
banyak robot katamu? Lalu kenapa aku baru bisa buat satu, yaitu kau?"
"Aku berbeda."
wajah Marcus semakin menampakan ekspresi penasaran. "Cukup."
Ia mengerutkan dahinya,
"Cukup apa?"
"Aku bisa tidak tidur
dan bercerita semalaman, tapi kau tidak. Kau harus bangun besok! Rencanamu
mengundurkan diri, bukan dipecat kan?"
Marcus menggaruk kepalanya,
"Kau benar" dan lalu bangun dr tempat duduknya, "Baiklah, kalau
butuh sesuatu panggil saja. Selamat malam." ia berbalik memperlihatkan
punggungnya yang semakin menjauh lalu menghilang.
Setelah
itu aku mengaktifkan sistem 'Rest' untuk menghemat energi. Dan pandanganku
menjadi gelap, sampai esok paginya otomatis aku terbangun.
Besok
paginya kami berkumpul di meja makan menikmati sarapan, Marcus dan Vincent
menatapku yang sedang menyuap cereal dengan curiga.
"Kau makan itu?"
Vincent akhirnya bertanya.
"Kenapa memangnya?"
tanyaku kembali pura-pura tidak mengerti.
"Kau tidak makan baut
atau minumum oli? Kau tahu, seperti di film."
"Haha film apa yang kau
tonton? tentu saja tidak. Bahan organik juga bisa menghasilkan energi."
"Lihat! Lihat? Yaa..
Ciptaanku ini hebat kan?!" pamer Marcus.
Tanpa mempedulikannya Vincent
yang semalam tidur lebih awal kembali bertanya padaku. "Apa kau bisa
merasakan makanannya?"
"Ne,"
"Biar kulihat lidahmu."
aku menjulurkan lidahku padanya. "Wah, kau manusia total!" katanya
kagum. "Apa yang membuktikan kalau kau robot?"
Untuk
membuktikannya, aku melepas jaket yang kemarin dipinjamkan Marcus padaku dan
memperlihatkan baju ketatku lalu membuka seleting yang ada didepan dadaku. Sama
halnya dengan manusia lain, tapi di bagian kiri terdapat garis yang berbentuk
persegi kira-kira 3 inci. Aku dapat membukanya dengan tombol pada jam tanganku,
didalamnya terlihat macam-macam logam dan kabel juga jantung buatan.
"Uwah~" sebelum
mereka menyentuhnya dengan cepat aku menutupnya dan juga memakai jaket kembali.
"Wah keren~" puji
Vincent.
"Tapi kalian harus
ingat, jangan beritahu orang lain tentang ini!"
"Tidak boleh? Sayang
sekali, padahal ini cerita bagus." balas Vincent.
Marcus meneguk kopinya lalu
berdiri, "Baik, sudah cukup. Vincent ayo!"
Vincent bangun dari kursinya
"Benar. Aku tidak mau gajiku dipotong lagi gara-gara terlambat."
"Aku juga harus
berangkat"
"Kemana? Apa kau
benar-benar aktor di perusahaan itu?!" tanya Marcus kaget.
"Hah? Apa dia mengaku
sebagai aktor padamu sebelumnya?!" tambah Vincent.
"Haha, iya maaf.
Sekarang aku dapat kerja sampingan di kedai kopi." jawabku sambil berjalan
menuju pintu keluar.
Tiba-tiba
pintu terbuka saat aku baru melihat pintu itu hampir terbuka, tiba-tiba tanpa
peringatan wajahku tertubruk pintu yang terbuka itu dan jatuh tersungkur dengan
posisi yang sangat tidak menyenangkan. Setelah kejadian itu Vincent berlari ke
arahku dan membantuku berdiri sedangkan Marcus menyambut kedatangan orang yang
membuat hidungku merah ditambah rasa sakit yang dibuat otakku.
“Yaaa~ Kau datang?”
“Ya, Marcus kau sekarang
tambah tinggi!” ujar seorang pria berambut pirang dengan jaket tebalnya.
“Ya! Spencer, waahh kau
semakin tua ya?” ledek Vincent segera setelah kami menghampiri mereka, sekalian
Vincent berdiri di sebelah orang yang di panggil Spencer tadi untuk menepuk
pundaknya.
Aku menyikut lengan Marcus
pelan lalu berbisik padanya “Siapa dia?”
“Ah benar.” Ia mendorongku
maju mendekat ke temannya itu. “Kenalkan ini sepupu jauhku, namanya Spencer.”
“Oh, Annyeong haseyo
Spencer-ssi.” Aku menjabat tangan dinginnya “Aku Jerome.” Kemudian ia menyapaku
kembali dengan ramah layaknya tetangga.
“Oh ya, Spencer apa mungkin
kau akan berencana menginap?” tanya Marcus segera setelah melihat barang
bawaannya.
“Tidak boleh ya?”
“Hmm.. bukannya begitu, tapi
kita tidak punya cukup ruangan.”
“Maksudmu?” setelah Spencer mengucapkan
itu, Marcus menggaruk kepalanya sambil tersenyum ragu, “Buat apa ruangan?! Kau
punya ruang tamu yang luas.”
“EH?” kami bertiga
mengucapkan kata yang sama berbarengan.
“Tinggal geser maja dan
kursinya ke pojok, lalu kita pasang kasur lipat lalu tidur bersama-sama.” Kami
terkejut sekaligus bingung dengan pernyataannya itu, “PESTA PIYAMA!!!” kata
Spencer berteriak sembari mengangkat kedua tangannya tingi-tingi.
“Ehem... aku... harus
berangkat kerja sekarang, mungkin akan pulang terlambat.” Ujarku sambil terus
berjalan ke pintu.
“Aku juga.” Kata Marcus
buru-buru, juga disusul Vincent yang mengatakan hal yang sama. “Kami berangkat,
jaga rumah baik-baik ya!”
Setelah menjauh dari rumah kami memperlambat langkah
sambil menundukan kepala kami terlihat seperti orang-orang yang menyedihkan.
Mengingat apa yang akan terjadi nanti malam...
“Ya, sebenarnya siapa dia?”
tanyaku tiba-tiba.
“Sudah kubilang dia itu
sepupu jauhku. Bibi mengirimnya kemari paling tidak satu bulan sekali.”
“Apa kalian sering melakukan
apa yang dimaksud degan ‘Pesta Piyama’ itu?” mereka mengangguk lesu. “Apakah
sangat buruk?”
“Menurutmu?” desak Vincent.
“Sepertinya, itu cukup
menggelikan.”
“Sangat menggelikan!” tegas
Vincent lagi.
“Ah sudah-sudah... Berdoa
saja, tidak terjadi hal yang buruk!”
Seperti biasa aku menyelesaikan pekerjaanku dengan baik
tanpa kesalahan, dan juga melakukan fanservice dengan baik. Pekerjaanku
sekarang lebih baik dibandingkan kembali ke rumah yang berisi orang gawat itu.
Dari tampangnya memang tidak berbahaya, tapi... dari caranya mengucapkan kata
‘pesta piyama’ itu membuat sensorku kacau balau.
Pukul delapan malam, aku menelpon Marcus dengan ponsel
murah yang baru aku beli dengan gajiku hari ini. Sayang sekali aku tidak aku
tidak dilengkapi dengan tombol-tombol telepon yang mungkin muncul pada telapak
tanganku, tapi mungkin dengan itu aku akan kelihatan sangat bodoh.
‘Halo...
Siapa ini?’
“Aku, Jerome..”
‘Hahh...
aku tidak mau pulang hari ini.’
“Karena aku menumpang disana,
aku harus memiliki keinginan yang sama denganmu.”
‘Kau
benar’ sekarang suaranya terdengar lebih sedih dari
yang tadi pagi, ‘Tapi sayangnya, kita
tetap harus pulang. Atau rumahku bisa jadi surganya para iblis.’
“Haha, ya baiklah. Aku yakin
kau bisa mengatasinya.” Setelah mendengar jawabannya aku menutup telepon lalu
naik bus ke arah rumah.
Setelah bus berhenti, aku berjalan sebentar untuk
mencapai rumah Marcus. Beberapa langkah lagi mencapai rumah, kudengar beberapa
kali suara ledakan kecil dari arah rumah itu. Aku buru-buru berjalan cepat,
saat sudah dekat aku menunduk dan kepalaku terangkat sebatas kaca jendela.
Dari sana yang kulihat hanya gelap, tidak ada siapa-siapa
disana. Tapi kemudian mataku menangkap sesuatu yang terang dari atas, lalu
cahaya itu berkedip-kedip bersamaan dengan suara ledakan-ledakan kecil tadi
yang semakin bertambah kencang saat sedari tadi aku mendekati rumah.
Lalu aku mendengar kata-kata keluar dari jauh, aku
menegok untuk mengetahui dari mana asalnya suara itu yang tidak lain adalah
dari Marcus dan Vincent. Mereka berjalan berdampingan persis seperti tadi pagi.
Saat mereka melihatku, buru-buru aku melambaikan tanganku pada mereka untuk
menyuruh mereka mendekat perlahan-lahan.
Setelah sampai mereka
berjongkok di sampingku, “Ya, apa yang kau lakukan disini?” tanya Marcus
mendahuluiku.
“Aku tidak tahu. Tadi aku
mendengar ledakan lalu dirumahmu semua lampu bawah mati, tapi diatas aku
melihat cahaya berkedip-kedip cepat.”
“Hah ada apa?!” Marcus
menundukan kepalanya dalam-dalam dan berbicara pada dirinya sendiri, “Ya
ampun,, benar-benar orang itu.”
Vincent menyentuh punggungku
dengan ujung jari telunjuknya “Jerome-ssi, sebenarnya ada apa?”
Aku mengeluarkan sebuah
Dagger yang tersembunyi disamping sepatu army-ku.“Kita harus cepat, mungkin
sesuatu yang buruk terjadi. Kalian ikut dibelakangku, cepat!”
Aku membuka pintu yang rupanya tidak terkunci dengan
perlahan, aku masuk diikuti olah Marcus yang membawa sebuah kayu lalu Vincent
di paling belakang yang memegang sapu untuk jaga-jaga. Bisa kulihat wajah
Vincent cemberut saat aku menoleh kebelakang. Pertama-tama kami berdiri di
samping tangga dimana cahaya itu masih berkedip.
“Oke, saat ada bayangan
menuruni tangga bersiap-siap angkat senjata kalian! Mengerti?” perintahku
dengan berbisik. Dan mereka merespon dengan anggukan.
Tak lama setelah aku mengucapkan itu, mulai terdengar
suara hentakan kaki. Seseorang menuruni tangga setelah lampu diatas benar-benar
padam dan tidak ada lagi suara ledakan. Mungkin orang itu sudah menuruni
tangga, tapi karena gelap aku tidak dapat melihat orang itu dengan jelas.
Aku sudah bersiap-siap dengan senjataku saat tiba-tiba
lampu menyinari kami. Sontak kami berteriak melihat apa yang tidak mungkin kami
mengerti.
“WAAAAAA!!!!!!”
“Ap... apa yang kalian lakukan?!”
~TBC~
Thank
you for reading, please comment to get more part~
TAKE OUT WITH FULL CREDIT!!!
TAKE OUT WITH FULL CREDIT!!!
Credit
: martha-kpop.blogspot.com
by
: @MarthAngel1004 / martha_sujushinee@ymail.com
Author~ ayo part 3 nya... Udah ga sabar nih :D
BalasHapus