Genre : Crime, Mistery, Romance
Language : Bahasa Indonesia, English, Korean
Rating : T
Author : Martha Sulistyo C.
POV : Kyuhyun/KIRA
Author : Martha Sulistyo C.
POV : Kyuhyun/KIRA
Main Cast :
Yesung
as Yesung (Lawliet)
Kyuhyun
as Choi Kyuhyun, KIRA
(KIRA / Light Yagami)
Eunhyuk
as Hyuk (Ryuk)
Siwon
as Mr. Choi (Mr. Yagami, kepala polisi)
Support Cast :
Leeteuk
as Agen Park
Changmin
as (Criminal)
Seohyun
as Shiori (Light Girlfriend)
Park
Sang Hak as Kriminal
Choi
Seung Hee as Kriminal
.
. . . . . . . . . . .
Aku Kyuhyun, Choi Kyuhyun. Aku adalah
putra tunggal dari seorang yang menjabat sebagai Kepala Polisi bernama Choi
Siwon, ya dia ayahku.
Aku sangat terobsesi dengan dunia ayahku,
aku ingin segera bergabung dengan tim ayahku di kepolisian. Tapi ia tidak
mengizinkan sebelum aku menyelesaikan semua study kuliahku.
Aku
bersikeras. Seringkali aku melihat kedalam sistem komputer Kepolisian Seoul,
untuk melihat daftar nama-nama orang yang berbuat kejahatan dan apa hukumannya.
Walaupun hukuman yang diterima mereka sudah cukup dan sepantasnya tapi aku
pikir, orang yang telah berbuat jahat tidak pantas hidup. Didunia ini hukum
perlu ditegakan lagi sampai saat aku melihat sebuah nama.
'Shim
Changmin'
Laporan
: perampokan dan pembunuhan
Hukuman
: Dinyatakan bebas, karena keluarga korban tidak memiliki bukti dan ia
didiagnosa menderita keterbelakangan mental.
Apa yang kurasakan saat itu? Aku
mencengkram pulpenku, melihat pembunuh bebas berkeliaran. Aku memutuskan
melihatnya sendiri dan pergi ke sebuah bar, siapa tahu ia ada disana.
Dengan berbalut jaket cokelat dan
ditemani sekaleng minuman ringan aku duduk disana, mengawasi targetku yang
kebetulan ada disana dengan teman-temannya.
"Kalian
tahu, bagaimana anak itu berteriak saat aku membunuhnya?" aku pria itu,
"Akkkhhh... TOLONG!!! Hahahaha!" lalu ia mencengkram kerah baju
salah satu temannya. "Apa kau juga mau mati hah?!"
"Tidak,
Changmin-ssi maafkan aku!"
"Ahahah!!!
Dasar kau bodoh!" Changmin melepaskan cengkramannya, dan segera menegurku
saat aku tertangkap basah sedang memperhatikannya. "Apa yang kau lihat
hah?! Mau mati ya?" aku dipaksa berdiri dari kursiku, dan ia juga
mengacungkan pisau pada wajahku.
Aku menatapnya jijik, melihatnya yang
begitu senang dengan lelucon kematiannya. Ia melihatku tanpa minat, dan segera
mendorongku lalu tertawa lagi.
Setelah ia melepaskanku, aku langsung
buru-buru keluar. Diluar hujan, ditengah hujan itu aku membuang buku pelajaran
Hukumku, melihatnya malas dan kembali berjalan tapi langkahku terhenti lagi.
Ditengah guyuran hujan aku menemukan buku hitam yang tidak basah sama sekali,
aku membawanya pulang untuk melihat isinya 'DEATH NOTE'
Selesai mengganti baju di kamarku, aku langsung segera duduk di meja
belajarku dan membuka buku aneh itu.
‘How to Use It’
The
human whose name is written in this note shall die
(Orang yang namanya ditulis dalam buku ini akan mati)
Sebentar aku memalingkan mataku
karena berita di televisi.
‘Seorang pria membunuh seorang anak perempuan, orang ini
bernama Park Sang Hak yang diduga mentalnya terganggu sekarang ia akan segera
di bawa ke kantor polisi Seoul, ini fotonya. Sekian, terimakasih telah
menyaksikan Breaking News.’
Mataku
kembali lagi menatap buku bernama Death Note itu lagi, tanpa berpikir aku
langsung mengambil pulpen, membuka buku itu dan menulis nama ‘박상학’ . Setelah agak lama memperhatikan tulisan yang kubuat
aku melebarkan senyumku, dan berpikir mungkin aku sudah gila. Aku segera naik
ke kasur.
Keesokan
paginya...
“Pagi Oppa!” sapa adik perempuanku Choi Jiwon.
“Hm.. selamat pagi,”
“Oppa tidak berangkat?”
“Aku akan berangkat nanti.” Jawabku singkat.
“Ah dasar anak kuliahan. Sudah aku berangkat ya Oppa,
Eomma!” ia melambaikan tangan lalu menutup pintunya.
Aku duduk di meja makan, “Kyuhyun, cepat makanlah. Ibu
mau cuci piring”
“Ia baiklah bu.” Sambil menyantap sarapanku aku melihat
isi koran.
‘Park Sang
Hak, pembunuh seorang gadis ditemukan meninggal seketika di selnya kemarin
malam, diduga karena serangan jantung’
Aku
langsung berlari ke kamarku, dan mendapati buku itu ada disana, aku benar-benar
tidak percaya dengan apa yang telah aku lakukan kemarin dan apa yang telah aku
lihat pagi ini.
Malam
harinya setelah aku pulang kuliah saat menyebrang jalan tak sengaja di depanku
ada Changmin, orang gila itu. Terlintas niatku untuk mencoba kembali kehebatan
buku itu.
‘This note will not take effect unless the writer has the
person’ face in their mind when Writing his/her name. Therefore, people sharing
the same name will not be effected. ’
(Jika wajah
orang yang namanya kita tulis tidak muncul dalam pikiran kita, tidak akan ada hasilnya,
oleh sebab itu, orang yang memiliki nama yang sama tidak akan terkena efeknya.)
Kutuliskan
nama ‘심창민’ tanpa ragu, kutunggu beberapa saat. Khawatir rencanaku
memulihkan dunia dengan buku ini gagal. Bus dan mobil menghalangi pandanganku
untuk melihat korbanku. Dan saat waktunya kendaraan berhenti orang-orang sudah
bergerumun didepanku, segera saja aku menghampiri mereka.
If the cause of death is not specified, The person will
simply die of heart attack in 40 seconds.
(Jika
penyebab kematian tidak ditulis, orang itu akan mati karena serangan jantung
dalam waktu 40 detik)
Sim
Changmin... dia mati. Tanpa luka sedikitpun, wajahnya tanpa ekspresi, dia
benar-benar sudah tiada. Aku memasang ekspresi kaget dan segera menjauh dari
sana. Di sisi lainnya aku sangat senang, bisa melampiaskan kekesalanku padanya
dan juga kepada orang-orang jahat lainnya yang akan segera menyusul. Di jalanan
aku senyum-senyum sendiri, membayangkan betapa hebatnya aku.
Tapi
tiba-tiba aku merasakan seseorang atau mungkin sesuatu mengikutiku. Aku
berhenti tepat di sebuah gang sepi dan berdiri tepat di bawah lampu jalan, aku
melihat sesuatu terbang ke arahku. Sosok yang aneh, mataku terbelalak saat
melihatnya sekarang benar-benar ada di depan wajahku.
“Siapa kau?”
“Aku ini adalah Shinigami,”
“Shi... shinigami? Apa orang lain bisa melihatmu?”
“Orang bisa melihatku kalau mereka menyentuh Death Note. Aku dewa
kematian yang bukunya sedang kau bawa itu, sekarang aku akan menyelesaikan
tugasku.”
“Tugas? Ah... baiklah aku mengerti. Jadi siapa namamu?”
“Hahaha! Apa aku begitu menarik? Namaku HYUK.”
“Hyuk...” ulangku. Sekarang ia temanku Hyuk, sang Dewa
Kematian...
Aku
sangat senang memilikinya dan buku ini sekarang. Aku mulai melancarkan aksiku
menghukum para penjahat itu. Satu persatu aku menulis nama mereka di Death
Note, berita di TV juga semakin ramai dengan berita tewasnya para napi disana,
juga internet yang membicarakan KIRA (sebutan pembunuh dalam bahasa Jepang) yaitu aku,
mereka memujaku, dan berterimakasih padaku yang telah menghukum para penjahat
dengan adil.
Tapi suatu hari layar TV memunculkan simbol huruf ‘Y’ dan
seseorang yang suaranya disamarkan berbicara dari sana. Ia bilang ia akan
menyelidiki KIRA apapun yang terjadi, karena menurutnya KIRA sama saja dengan
orang-orang yang mati itu. Dan ia juga mengaku sebagai keadilan. Aku merasa takut, tapi juga merasa tertantang dengan si Y ini.
Besok siangnya Seohyun datang kerumah, adik perempuanku mengantarnya ke kamarku. Aku menyuruhnya pergi dan ia memasang ekspresi tidak
senang, tapi kemudian memasang wajah meledek. Lalu aku mempersilahkan Seohyun masuk.
“Kyuhyun-ssi, apa kau lihat berita semalam?”
“Yeah,”
“Hanya butuh nama untuk membunuh hah?”
“Ya, sangat tidak masuk akal.” Aku bersandar pada rak
buku.
Seohyun melihat komputerku menyala. “Kau.. juga mengikuti
cerita KIRA itu?”
“Sebenarnya aku lebih tertarik pada Y ”
“Kira adalah pembunuh, kerjanya hanya menakut-nakuti
orang!”
Hyuk berdiri disampingku. “Merasa agak
takut Kyuhyun-ah?!”
“Diamlah.” Balasku pelan, tapi Seohyun mendengarnya. “Ah
tidak apa, ayo kita ke Museum!”
Kami
berdua pergi ke museum untuk melihat-lihat, mengelilingi setiap sudut bahkan
sampai sudut dimana dua orang sedang berciuman. Kami memalingkan wajah, kemudian
tertawa kecil bersama. Aku memberi sinyal pada Seohyun.
“Aku tidak mau didepan umum dan dilihat orang.” Lalu kami
berdua melihat kepojok atas ruangan dimana Kemera Pengintai ada disana. Lalu kembali
tertawa bersama. Lalu ia kembali berjalan duluan.
“Bagaimana jika ia tahu kau ini KIRA?” tanya
Hyuk.
“Dia pasti akan mengerti seberapa dunia membutuhkan KIRA.”
Malam harinya....
“Abeoji, bolehkah aku bergabung dengan timmu?” tanyaku saat
ayah ada dirumah saat makan malam.
“Kyuhyun-ah... sekarang belum waktunya. Kau harus lulus
dulu dari Perguruan tinggi dan mendaftar sendiri.” Seperti yang kuduga.
“Tapi Abeoji...”
“Tapi aku sangat berterimakasih, karena dulu kau telah
membatu kami menyelesaikan beberapa kasus.” tutup Ayahku.
Suatu pagi, aku berjalan ditaman yang sepi bersama Hyuk,
sambil memain-mainkan Apel yang merupakan makanan kesukaan Hyuk itu aku
mengobrol dengannya. Membicarakan hal-hal yang bisa aku gapai dengan Death Note
itu. Puas bermain dengan Apelnya, tanpa menengok kebelakang aku melempar apel
itu tapi terdengar bunyi benda jatuh.
Aku segera membalikan badan, “Kenapa tidak kau...” aku
kembali berbalik dan mengambil ponselku.
Aku
memiringkan sedikit ponselku, untuk melihat apa ada sesuatu di belakangku. Dan
benar, seorang agen mengikutiku. Kemudian aku menelpon Seohyun dan mengajaknya
bertemu. Dengan segera aku langsung berjalan menuju Halte bus. Ternyata Seohyun sudah disana menungguku.
“Kyuhyun-ssi!”
panggilnya sambil melambaikan tangan.
Aku membalas
lambaiannya, dan segera menariknya kedalam bus, “Annyeong Seohyun.”
Orang yang mengikutiku tadi pun ikut
masuk dan duduk di belakang kursiku, sudah kuduga ia pasti mengikutiku.
Terlihat dari gayanya berpakaian mungkin dia adalah agen rahasia yang mengejar
KIRA.
Aku hanya duduk tenang menanti apa
yang bisa di lakukannya, sampai seorang pria yang sudah tidak muda lagi memaksa
masuk kedalam bus. Dengan bersenjatakan sebuah pistol ia mengancam si supir dan
juga para penumpang.
“Kalian, jangan
bergerak!” perintahnya.
“Apa kau putra
Mr. Choi, Choi Kyuhyun benar?” Tanya pria itu berbisik dari belakangku. “Aku
F.B.I.” ia menunjukkan kartu identitasnya ‘Park Jung Soo F.B.I.’. “Biar aku
yang tangani orang itu.”
Aku mencegahnya
berdiri dari tempat duduknya “Jangan, biar aku saja. Siapa dia?” tanyaku sambil
mengeluarkan kertas Death Note untuk berpura-pura mencatat
penjelasannya.
“Dia Park Seung Hee. Dia sudah lama diincar polisi karena
kasus perampokan.”
“Baiklah, serahkan padaku. Kau jaga Seohyun!”
“Hei! Apa yang kalian berdua lakukan?” kata penjahat itu
menghampiriku dan memaksaku berdiri. Aku menjatuhkan kertas Death Note yang ku pegang. “Ah, apa
ini?!” dia memungutnya.
Ia
membuka sobekan kertas itu dan terlihat ekspresi aneh diwajahnya, aku pikir
karena sudah melihat Hyuk...
The human waho touches the DEATH NOTE can recognize the
iMage and voice of its original owner, a god of death, even if the human is
not the owner 0f the note.
(Orang yang
menyentuh DEATH NOTE dapat melihat sosok dan mendengar suara pemilik aslinya,
yaitu Shinigami, meskipun orang tersebut bukan pemilik aslinya.)
“A.. A... SIAPA KAU?!” teriak Park Seung Hee pada tempat
kosong.
“Eh, kau bisa melihatku?”
“Pergi kau Iblis!”
“Aku bukan iblis, aku ini kau dewa Kematian tahu.”
“PERGI... ARRGGHHH!!!” teriaknya lagi kemudian berlari
menuju supir dan memaksanya membuka pintu otomatis. Dia keluar sebelum bus
berhenti, ia jatuh kemudian tergilas barulah bus berhenti.
Kami semua turun dari sana “Ah, dia....” kata Agen Park
resah.
“Dia gila.” Ucapku dingin. “Sudah, aku pergi. Ayo
Seohyun!”
“Hm.” Balas Seohyun mengangguk.
Aku segera mengantar Seohyun pulang dan aku juga segera
kembali kerumah, dan mengurung diri di kamar bersama Hyuk.
“FBI tidak mungkin melakukan investigasi sendiri. Y tahu
KIRA mungkin berhubungan dengan polisi, jadi Y bekerjasama
dengan FBI terpercaya yang bisa mengintai semua yang terhubung dengan Polisi.
Yang artinya...” aku duduk di kursi belajarku. “Anggota FBI tidak semuanya
berasa di Korea. Jadi jika aku mau membunuh Y , aku harus
mencari cara untuk membunuh terlebih dahulu anggota FBI.”
“Hei Kyuhyun! Tapi FBI bukan kriminal” aku membuka
Death Note-ku, “Jadi, apa kau akan tetap membunuh mereka?”
~TO BE CONTINUE~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar