Cast : Park Seulchan (Author), Yesung, Hangeng
Genre : Sad romance,
Crime
Author : Martha
. . . . . . . . . . . . . . . .
Aku Seulchan, Park Seulchan. Perempuan
tomboy, polos, dan tidak perhatian ini dalam waktu singkat dapat berubah
menjadi perempuan yang feminim, dan pintar memasak hanya karena seorang pria.
Tan Hankyung.
"Oppa!" panggilku "Sudah mau
pulang?"
"Hm, ne."
"Ayo makan dulu denganku!"
"Mian, aku sudah ada janji."
jawabnya datar.
"Dengan siapa? Apa wanita?"
"Apa pedulimu?" kemudian ia berlalu.
Aku berulang kali berpikir apa aku salah
masuk tim ballet ini hanya karena aku suka padanya. Pertama kali aku melihatnya
di gedung pertunjukan bersama temanku, Oppa memainkan drama Swan Lake, menari
dengan anggunnya didukung ekspresi sedih karena kehilangan angsa putihnya.
Pesonanya benar-benar membuatku tidak tahan ingin memeluknya, memilikinya,
menjadikannya pangeranku.
Tapi sampai saat ini ia tidak juga
menyadari perasaanku padanya. Padahal aku sudah bersusah payah berubah,
mengganti pakaianku, berdandan, dan setiap hari membuat bekal makan siang
untuknya. Malahan...
"Seulchan-ah!" orang inilah yang
aku tidak harapkan terus datang menghampiriku.
"Annyeong haseyo, Yesung-ssi."
"Sudah kubilang panggil aku 'Oppa', ya
Seulchan, arraseo?"
Orang yang kupanggil Yesung-ssi adalah
penata panggung kami, orang yang menyatakan cintanya padaku secara
terang-terangan. Yang sering kali membuatku malu karena memelukku tiba-tiba
didepan semua orang, dia juga yang bilang ingin aku menjadi 'Swan Lake' nya.
"Aku kangen padamu Seulchan-ah!"
"Kalau begitu aku mau bersiap pulang
dulu ya Yesung-ssi!" segera aku pergi ruang ganti.
Apa-apaan sih si Yesung itu sudah jelas aku
tolak, kenapa masih mengejarku. Dasar penguntit!
Selesai mengganti baju, aku keluar tapi
kemudian seseorang menarikku dari samping sambil menutup mataku dengan telapak
tangannya. Sepertinya ia membawaku ke gudang penyimpanan alat kebersihan yang
tak jauh dari ruang ganti. Aku tetap diam, karena takut sesuatu yang buruk
terjadi. Ia melempar punggungku ke dinding, tangannya masih menutup mataku.
"Seulchan... Saranghaeyo..."
seperti suara yang kukenal. "Jangan kejar dia lagi. Atau sesuatu yang
buruk akan terjadi."
Orang ini, setelah mengancamku menarik telapak
tangannya yang sedari tadi menutupi mataku. Ternyata benar, orang yang aku
kenal. Sangat ku kenal!
"Yesung-ssi, apa-apaan ini?!"
"Bersamalah denganku, lupakan orang
itu Seulchan-ah!"
"Apa... Apa maksudmu, siapa?!"
tanyaku mulai gemetar.
"Tan Hankyung!"
"Wae?!"
"Karena dia penghalang. Kau... Jadilah
wanitaku! Maka ia tak akan terluka."
Aku tidak tahu harus mengatakan apalagi,
aku tidak tahu apa ia bersungguh-sungguh. Tapi dari tatapan matanya aku tahu
ini bukan bercanda, matanya menyala-nyala menatapku dengan lekat sampai tak
kusadari wajahnya mendekat. Ia memiringkan kepalanya, sekarang matanya
terpejam. Tak sanggup melihat apa yang akan terjadi aku juga menutup mataku
dengan paksa sampai seseorang membuka pintu gudang.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
karena gudang gelap aku hanya bisa melihat bayangannya samar-samar. Sedangkan
dia dapat melihat kami dengan jelas lewat cahaya dibelakangnya.
"Kau, apa yang kau lakukan disini?
Siapa kau?" balas Yesung-ssi.
Orang itu menekan tombol lampu, membuat
kami kaget. Hankyung Oppa dengan jari yang masih menempel di saklar, dengan
jaket kulitnya dan ransel yang biasa dibawanya berdiri menatap kami dengan
bingung.
"Mau apa kau Yesung?" tanya
Hankyung Oppa serius.
Yesung-ssi langsung menurunkan kedua
tangannya yang sedari tadi menempel dipundakku. Ia menjawab sambil menggaruk
kepalanya yang tidak gatal itu. "Tidak ada."
"Lalu, Seulchan. Apa yang kau lakukan
dengannya?"
"Aku... Aku tadi di..."
"Tidak ada apa-apa, aku hanya
memberitahu sedikit rahasia padanya." serobot Yesung-ssi.
Oppa mendekat, mendorong Yesung-ssi dengan
bahunya dan segera menarikku keluar dan membawaku ke cafe.
Sampai disana ia duduk sambil terus
menatapku dengan mata kasihan bercampur sedikit amarah.
"Oppa... Aku...."
"Apa? Yakin kali ini kau akan jujur
padaku?"
Aku bingung harus bilang apa padanya soal
Yesung-ssi yang mengancamku tadi. "Bagaimana janjimu tadi?"
"Jangan mengganti pembicaraan!"
tegasnya.
"Aku..." aku berusaha membela
diri. "Dari dulu Oppa yang tidak memperdulikan aku. Aku bertepuk sebelah
tangan, menahan sakitku sendirian saat kau bilang kau ada janji waktu aku ajak
makan berdua. Jadi... Hanya Yesung-ssi yang ada disampingku dan membuatku
tersenyum. Kau..."
"Benarkah? Kalau begitu selamat."
ia bangun dari kursinya. Kembali memakai jaketnya dan keluar meninggalkanku.
Satu minggu kemudian...
Mungkin kata 'selamat' yang diucapkannya
padaku kemarin merupakan kata simpati terakhir untukku. Ditempat latihan bahkan
Oppa tidak mau melihatku lagi, memalingkan wajahnya saat aku memandangi
tariannya.
Ia bukan tipe orang yang tidak menepati
janji. Dulu saat aku bergabung di tim Ballet aku membujuknya agar mau membantu
gadis bodoh ini meraih cita-citannya memerankan Swan Lake. Maka dari itu,
sebelum aku mendapat peran Swan Lake itu ia tidak akan berhenti mengajariku menari.
Sekarang orang yang biasanya kupanggil Oppa
itu, hanya membicarakan tentang latihan denganku. Dan yang bersamaku sekarang
adalah Yesung... Oppa. Orang yang setiap hari mengumbar cintanya, mencium
bibirku singkat dengan lembut tiap kami bertemu. Dan memelukku sebelum aku
melambaikan tanganku di sore hari.
Minggu depan akan ada pertunjukan Swan Lake
lagi, dan besok pelatih Kim akan mengumumkan nama-nama pemain. Maka dari itu
Yesung-ssi kembali menarikku untuk perjanjian busuk dengannya.
"Seulchan... Swan Lake-ku.."
katanya sambil memegang daguku ,"Jangan coba melawan. Karna sekarang aku
Oppamu."
"Apa maumu Oppa?! Hmmmppp..." dia
kembali mencium bibirku dengan paksa. Cukup lama sampai aku hampir kahabisan
nafas. "Oppa..."
"Dengar besok kau pasti jadi Swan
Lake, dan Hankyung yang akan menjadi pangerannya..."
"Aku? Dan.... Lalu kanapa?!"
"Otomatis kau pasti akan terus-menerus
berlatih ketat dengannya, dan aku tidak mau itu terjadi. Jadi aku sarankan kau
menghindar darinya, atau yah... kau bisa cari pelatih lain. Mengerti?"
"Jika aku tidak mau?" jawabku.
"Aku akan mengganti tata panggungnya
menjadi lembah kematian..." katanya sambil tersenyum.
Cih, dasar licik. Dengan begini aku tidak
bisa menolak, nyawa Hankyung Oppa ada ditanganku.
Kemudian aku keluar pertama dari gudang
penyimpanan tadi, dan tidak sengaja berpapasan dengan Hankyung Oppa di depan
ruang ganti.
"Op... Maksudku, Hankyung-ssi.
Fighting! Aku yakin kau pasti akan dapat peran pangeran itu." kataku
pura-pura ceria.
"......."
"Ah, kalau begitu aku pulang duluan
ya? Sampai ketemu besok!"
Lalu aku melangkahkan kakiku melewatinya,
perlahan-lahan, berharap dia akan mengatakan sesuatu padaku. Tapi tenyata
tidak. Sampai seseorang memegang pergelangan tanganku dari belakang dan menariknya,
membawaku keluar.
Hankyung Oppa, menyeretku ke area parkir
dan memasukanku ke mobilnya. Tanpa berkata apa-apa, pandangannya lurus kedepan
memperhatikan jalanan. Sampai akhirnya sampai di sebuah padang rumput sepi
ditengah pedesaan. Dia keluar duluan, kemudian membukakan pintu untukku.
"Gamsha hamnida..." ucapku.
Kemudian ia berjalan perlahan, menatap
hamparan rumput hijau sambil menikmati angin sore. Oppa berbalik menghadapku,
lalu tersenyum dan melabaikan tangannya padaku yang masih ada disamping mobil.
Aku menghampirinya. Berdiri tepat disampingnya sambil menikmati senyum
ketulusannya.
Oppa memandangku, berbeda dari pandangan
ketus sebelumnya, kali ini wajah bahagia bercampur rasa khawatir. Aku tidak
dapat menahan rasa maluku, tapi aku juga tidak dapat memanglingkan wajahku
untuk tidak melihatnya.
Setelah tatapan lama, ia mendekat. Sebelum
aku melangkahkan kakiku untuk mundur ia sudah mencengkram hangan kedua bahuku,
kemudian menarik badanku dan memelukku dengan erat, hangat, sehangat mentari
yang mulai redup sinarnya mulai bersembunyi dibalik gunung. Diikuti rumput yang
berubah warna menjadi kemerahan.
Lalu langit menjadi gelap dan dingin saat
ia menciumku untuk pertama kalinya. Bisa kurasakan detak jantungku yang
berdebar kaget, hal yang kuinginkan tapi tak pernah kusangka ini terjadi.
Sesudah itu ia menatapku lagi, masih dengan kedua tangannya dibahuku.
"Seulchan-ah... Saranghae..."
"Ne?"
"Aku akan melindungimu apapun yang
terjadi."
"Oppa aku..."
"Mianhaeyo. Mian, aku... Sebenarnya
aku.."
"Sudah Oppa.. Aku mengerti" aku
memeluknya, berusaha menahan tangis yang akhirnya mengalir juga.
Lima hari kemudian, setelah aku dipilih
memerankan tokoh Swan...
Selama masa latihan kami merahasiakan
hubungan kami, dengan aku masih terus menempel pada Yesung. Berusaha berlatih
semaksimal mungkin tanpa memperlihatkan minatku, karena Yesung mengawasiku
sangat ketat dan berusaha menjauhkanku dari Hangkyung Oppa.
Saat sedang membicarakan kostum tiba-tiba
Hankyung Oppa memegang tanganku dan mengecupnya.
"Oppa andwae! Kalau ketahuan
bagimana?"
"Mian, aku tidak dapat menahan
diri." ujarnya tersenyum.
"Ehem..." terdengar suara dari
kejauhan.
Kami menoleh, ada Yesung disana memegang
selembar kertas yang tergulung ditangannya. "Sudah selesai?" tanyanya
sinis.
"Kami baru mau ganti baju, lalu
pulang." jawab Hankyung Oppa.
"Kami?!"
"Ah... Ya kami akan melakukannya
dengan cepat." jawabku cepat, lelu segera menghampiri Yesung."Oppa
aku lapar, bagaimana kalau kita makan sup Kimchi kesukaanmu?"
Yesung menatapku sambil tersenyum
"Baiklah, kajja."
Aku melambaikan tanganku sembunyi-sembunyi
untuk Pangeranku Hankyung.
17.30 di restoran...
"Hmmm... Oppa?"
"Ye, ada apa Seulchan-ah?"
"Ahhh, tidak tidak, tidak
jadi..."
"Ayolah bilang saja." bujuk
Yesung yang sepertinya sudah tahu hubunganku dengan Hankyung Oppa.
"Hmm..." sejenak aku memikirkan
sesuatu "Tidak. Aku hanya mau mengucapkan terimakasih."
"Untuk?"
"Oppa kan yang menyarankan aku agar
bisa jadi Swan?"
Dia tersenyum kecil "Kau senang?"
dia mengatakannya dengan rasanya dia tahu sesuatu, tapi lalu kuputuskan hanya
mengangguk saja. "Kalau kau senang, aku juga."
Malam demi malam berlalu seperti biasanya.
Sampai akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang, kami akan menari bersama.
Kostumku benar-benar indah ditambah hiasan
mahkota yang menghiasi rambutku yang digulung rapi, tata rias benar-benar
membuatku seperti aktris profasional. Disisi lain, Hankyung Oppa mengenakan
pakaian ketatnya dengan indah ditambah paras tampannya masuk duluan untuk
adegan dimana ia menari dihutan untuk mencari Swan-nya dimana nati aku akan
muncul didepannya.
"Hei apa yang kau lakukan dihutan
begini nona?"
"Aku?"
"Apa kau tesesat?" setelah
mendapat posisi yang dekat denganku ia membungkukan badannya dan terus
bertanya. "Siapa namamu nona, kenapa pagi buta ada disini?"
"Pa... Pagi?!" disini ceritanya
aku tersesat semalaman dan akan menjadi Angsa pada paginya. Kemudian aku
keluar, dan Hankyung Oppa mengejarku.
Giliran adegan lainnya sekarang, aku berada di backstage.
"Seulchan!" panggil Yesung.
"Hm, ada apa?"
"Aku mau tanya sesuatu." jawabnya
sambil menyipitkan mata.
"Tanya?"
"Sudah berapa lama?"
"Hah?! Ap... Apanya?"
Dia tidak segera menjawab, malahan
menatapku dengan waspada "Sudah berapa lama kau menyembunyikan hubunganmu
dengannya?"
"De... Dengannya?" tanyaku
pura-pura tidak tahu.
"Baiklah jika itu maumu, lagipula aku
sudah tau semuannya." Lalu, Yesung mendorongku agar menghadap panggung dan
menunjuk kearah atas panggung. "Lihat itu, apa kau tahu itu apa?"
"Itu bulan untuk properti."
jawabku enteng.
"Tidak, tidak. Perhatikan
baik-baik!" perintahnya.
Sesuai perintahnya aku memperhatikan bulan
itu baik-baik. Bulan yang bagus sampai aku lihat tali tambang untuk menurunkan
bulan itu hampir terputus. Segera aku menatap Yesung dengan marah.
"Kenapa? Aku sudah
memperingatkanmu!"
"Aku akan telepon polisi!"
ancamku.
Dia tertawa "Silahkan, tapi sayang kau
harus segera tampil."
Aku menatap panggung, sudah ada Hankyung
Oppa yang merentangkan satu tangannya untuk menyambutku di adegan terakhir,
menari dibawah sinar rembulan.
Dengan langkah ragu, aku mencoba tegar.
Berdoa semuanya akan baik-baik saja. Aku menyambut tangannya.
"Kau? Putriku..." aku tidak
menjawab. "Swan, berdansalah denganku..." lalu Hankyung mengecup
tanganku.
Sekejap aku lupa akan script, malah aku
berusaha menahan air mata. Dengan rasa tegang aku kembali mengingat line-ku.
Aku menari bersamanya, dengan sorot lampu yang menyilaukan. Sampai akhirnya aku
terjatuh ditengah-tengah tarian, dan menagis.
"Oppa mianhae..." bisikku. Dapat
kudengar obrolan dari penonton yang menyoraki kami.
"Kau kenapa, apa kau sakit?"
"Mianhae..." tangisku semakin
menjadi sambil terus mengulang kata maaf.
Hankyung memelukku dan mengecup keningku, tidak
lupa juga menyeka air mata di pipiku. "Sudah tidak apa-apa."
Pikirku 'baiklah, kami mati bersama' sampai
tiba-tiba ledakan suara penonton, aku langsun menatap langit langit dimana
bulan itu akan jatuh tepat diatas kami berdua. Tapi, perasaanku malah menjadi
tenang, karena Hankyung Oppa sudah memaafkanku kan?
Aku berusaha tidak memejamkan mata, karena
ingin melihat bagaimana bahagianya Yesung pada saat itu. Tapi....
Yesung berlari kearahku dengan cepat, buru
buru sekali. Dengan cepat mendorong kami berdua kuat-kuat menyingkir dari
tempat itu. Sampai akhirnya aku membelalakan mataku tidak percaya apa yang aku
lihat, Yesung-ssi tertimpa bulan itu.
Penonton dibawa keluar oleh crew, dan Hankyung Oppa berusaha
menyingkirkan bulan yang menimpa Yesung-ssi tadi. Aku berjalan lemah
menyaksikan Yesung-ssi terbaring lemah dengan darah yang keluar dari mulut
serta goresan-goresan luka yang banyak. Hankyung Oppa ada disana memegangi
tangan Yesung-ssi.
"Maaf...telah..mmm..merepotkan
kali..an"
"Jangan banyak bicara, tunggu sebentar
Ambulance akan datang!"
"Aku...restui kalian...
Berbahagialah!" kata terakhir yang Yesung-ssi ucapkan membuat hatiku
sakit, juga dengan senyum yang ia buat pada saat terakhirnya.
"YESUNG-SS! YESUNG-SSI!" teriak
Hankyung Oppa.
Ambulance datang, membawa Yesung yang sudah
tak bernyawa. Aku hanya bisa menangis didekapan Hankyung Oppa.
Satu tahun
kemudian....
Kami memutuskan berhenti dari tim Ballet
semenjak kejadian itu. Sekarang kami bermain
drama di salah satu stasiun televisi, kami menceritakan kejadian masa lalu kami,
kami setuju untuk mengumbarnya karena ingin dunia tahu apa arti cinta
sebenarnya.
Kami masih mengingat
apa yang Yesung-ssi lakukan, membela kami berdua. Ia yang sudah bertepuk
sebelah tangan malah mengorbankan nyawanya demi kami. Walaupun awalnya ia yang
merencanakan semuanya tapi tetap saja ia menolong kami pada akhirnya.
Aku dan Hankyung Oppa
masih sering mengunjungi makamnya satu tahun terakhir ini. Berusaha tidak
mengungkitnya lagi tapi... bagaimana bisa kami melupakan pahlawan cinta kami yang
satu ini...
-END-
Thanks for reading, RCL?
Cr : martha-kpop.blogspot.com (Martha Sulistyo C.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar