Sabtu, 03 Desember 2011

FanFiction : Super Junior MISTERi part 1#

Annyeong Haseyo ini FanFict bersambung pertamaku,, ada yang berminat? Mian ya kalo masih berantakan.. mudah-mudahan bisa dimengeti dengan baik (o.O?)
Okelah ga usah bertele-tele... Let's Cekidot!!!

Cast                        : Park Jung Soo as Leeteuk/Eeteuk ; Eunhyuk as Hyukjae ; Lee Donghae as Donghae ; SHINee
Suported by           : Me (MarthAngel) as Lee Je Ri and My Sister (Vinnalwayzz) as Min Hee
Genre                      : Tragedy, Friendship


“AAAARRRGGHH!!!”
*Leeteuk POV*
“Hah, hah, hah…” Aku terbangun dari mimpiku dengan nafas tersenggal-sengal. Sejenak aku memikirkan mimpi itu dan segera beranjak dari tempat tidur.

Matahari menyambut pagiku pergi ke sekolah, setelah apa yang aku impikan malam itu. Entah mengapa akhir-akhir ini mimpiku sangat buruk, mungkin sebuah tanda atau apalah…

“Hey! Eeteuk!” suara yang tak asing itu menyadarkanku dari lamunan.
“Eh Hyukjae! Ngagetin aja!” kataku sambil mengelus dada karna kaget.
“Hehe.. mianhae yuah?” dia mengucapkan itu dengan tampang tanpa dosa.
“Udah ngerjain PR belum?”
“Hehehe, mana mungkin! Seharusnya kan aku yang bertanya begitu.” Kata hyukjae, kembali dengan tampang tanpa dosanya.

Memang untuk masalah PR dia ga’ mau ambil pusing, disekolah dia pasti menyalin punyaku. Haah.. maklum lah dia tinggal sendiri, Broken home, mana mau memikirkan PR. Entah, sampai sekarang kami berteman baik ia tidak mau menceritakannya padaku, yaaahh.. tapi sudah ku maklumi.

“Oh, Iya! Katanya besok ada pelatihan murid baru ya?” tanyanya padaku.
“hm? Molla… lagian memang kenapa?”
“Hhhe.. asik kan bisa ngerjain dongsaeng baru.” Kata Hyukjae dengan mata berbinar.
“Tsk, dasar kau kebiasaan buruk…” jawabku sambil menggelengkan kepala.
“Yang penting aku senang, hahaha!” kata Eunhyuk yang biasa ku panggil Hyukjae itu sambil tertawa dengan kepala mendongak ke belakang, hampir mau jatuh (-_-“).

Tak terasa kami sudah sampai di kelas, guru belum datang jadi Hyukjae buru-buru menyalin PR-ku. Sedangkan aku asik mempelajari Buku Bahasa Inggris, yaahh… hampir semua mata pelajaran aku menguasainya, tapi tidak dengan yang satu ini.
Tak lama setelah bel masuk berbunyi, pelajaran berganti, secara bergantian guru-guru masuk, kemudian jam-jam membosankan berlalu. Sebelum pulang Hyukjae mengajakku ke Taman di tengah kota seperti biasanya untuk menyegarkan otak.
          CKIIITTT!!! BRAKKK!!!
          Terjadi tabrakan di dekat taman bermain, aku dan Hyukjae melihatnya, tepat didepan mataku. Sang pengendara motor yang tertabrak mobil Pick Up yang juga terjepit berteriak kencang. AAAARRRGGHH!!!.
          Teriakan itu menyakiti telingaku walaupun dari jarak yang cukup jauh, dan juga sepertinya mengingatkanku pada sesuatu.

“Tunggu! Apa? Mungkinkah?” kataku pelan.
“Ada apa?” Tanya Hyukjae.
“Tunggu, tunggu!” balasku seraya melambai-lambaikan tanganku didepan wajahnya.

Aku mencoba mengingat-ingat mimpiku semalam, aku mendengar teriakan yang sama. Dan… Aduuuhh… aku tidak bisa mengingat minpiku. Aku sulit berpikir, kemudian aku mulai mengacak-acak rambutku. Hyukjae sepertinya menyadari aku stress berada di situ dan mengajakku pergi.
“Ngapain sih? Udah… pergi yuk?!” ujar Hyukjae seraya menarik tanganku.

Tak tau apa yang aku pikirkan, aku pun menurutinya. Sekarang bukannya merasa Fresh, kepalaku malah tambah sakit.

“Huufftt… apa itu tadi? Jarang sekali ada kecelakaan disini kan?” Tanya Hyukjae di tengah perjalanan.
“Molla.” Aku hanya menjwab pendek karena terlalu banyak berpikir jadi tidak sempat memikirkan hal-hal yang lain.
“Eh, eh, Eeteuk gimana kalo kita makan Dubokki?” saran Hyukjae.
“Nggak mau ah!”
“Waeyo? Setelah insiden tadi aku jadi merasa buruk nih… ayo kita makan!” bujuknya.
“Maka dari itu, kalo merasa buruk kebanyakan orang jadi ga’ doyan makan..” ujarku datar.
“Hahh… kata-katamu itu…” belum sempat menyelesaikan kata-katanya aku menyela.
“Sebenarnya… bukan karna kata-kataku, siapa yang ga’ mau makan Dubokki sore-sore gini? Tapi masalahnya, siapa yang mau bayar?”

Saat aku menatapnya, wajahnya memerah tersipu malu…

“Hyuuunnggg… Kita patungan yuk!”
“Cih! Anak ini kalo ada maunya jadi menjijikkan, sudahlah ayo! Aku traktir”
“Jinjja? Wah Hyung Daebak!” ujar Hyukjae kegirangan.

Kemudian aku berbicara dengan jelas ditelinganya.

“Tapi selama seminggu kalo kau mengajakku ke taman, kau harus mentraktirku Ice Cream” ujarku sambil berjalan cepat.
“Baiklaaahh… kalo gitu aku tidak akan mengajakmu lagi, hahaha” Katanya dari belakangku, akupun tersenyum tipis.

          Sesampainya di rumah labih tepatnya kontrakanku. Ya, aku tinggal sendiri, bisa dibilang aku berasal dari keluarga berada. Orangtuaku di luar negeri dan aku disewakan tempat ini, cukup mewah.
          Aku mengerjakan PR separti biasanya walaupun bukan untuk besok. Tapi sepertinya aku merasakan hal aneh, hawa dingin dimana-mana, dan mataku juga sudah mulia terasa berat. Aku memutuskan untuk naik ke kasur, dan dalam sekejap saja aku sudah terpejam.
          Paginya aku terbangun bukan dengan mimpi buruk lagi. Tapi aku ingan aku bermimpi, aku mencoba mengingat-ingat mimpiku siapa tahu hal yang seperti kemarin terjadi lagi.
          Aku ingat, ada seorang namja kiranya mungkin umurnya sedikit dibawahku, namja ini tidak bisa dibilang tampan, dia… cantik (-_-“). Dia memakai seragam sekolahku???
          Pemikiranku berhenti sampai disitu, dan aku mulai beranjak dari kasur dan bersiap pergi sekolah dengan Hyukjae seperti biasanya.

“Hmmm… kira-kira wajah anak-anak baru nanti akan seprti apa ya? Apa aku bisa dapat adik kelas yang cantik?” ujar Hyukjae.
“Huufftt.. aku bosan dengan mu. Kemana Donghae?” kataku menyindir.
“Aiisshh.. kau ini das…”
“Hooyyy!!!” ujar seseorang yang memotong perkataan Hyukjae sambil menepuk pundakku.

          Setelah aku menoleh ke belakang, ternyata orang yang baru saja kusebut namanya. Ya, Donghae.

“Donghae-ya! Kemana aja?! Seminggu ini ga’ ada kabar. Kemana?” tanyaku.
“Hmm.. iya nih, habisnya aku banyak kerjaan di pabrik. Sorry ya?”

          Donghae, dia juga temanku, sahabatku. Dia juga dari keluarga berada separtiku, sebenarnya Hyukjae juga tapi dia suka kesederhanaan. Kami popular di sekolah Tampan, Pintar dan Kaya…
          Donghae.. dia tidak terlalu pintar tapi dia berbakat dalam bidang Otomotif dan sekarang bekerja di perusahaan ayahnya. Hyukjae.. dia model majalah yang lebih suka menyumbangkan hasil keringatnya ke panti-panti, dia memang berjiwa sosial. Dan aku.. aku Leeteuk penulis yang tak dikenal dunia, karna aku lebih suka menggunakan nama samaran.
          Lama berbincang dijalan jadi kami agak telat sampai di sekolah, untung gerbangnya belum ditutup. Kami melihat anak-anak baru yang sedang upacara di lapangan. Kami berlari menuju kelas di lantai atas, sekilas aku memperhatikan barisan murid baru sepertinya ada anak yang ada di mimpiku, tapi mungkin saja aku salah.

Jam Istirahat…

“JaeDong, liat anak baru yuk!” ajakku.
“Ngapain? Mau jail-in? katanya kebiasaan buruk?!” kata Hyukjae yang terlalu meresapi kata-kataku kemarin.
“Ahh.. bukan, Cuma mau liat aja.” Jawabku.
“Ayo deh”! balas Donghae girang, yang sudah ketebak apa yang ada dipikirannya.

          Donghae, Hyukjae, dan aku mempunyai tujuan masing-masing jadi kami berpencar di antara kerumunan murid baru yang tengah istirahat dikantin. Kemudian, aku mencari-cari sambil mengingat rupa namja tersebut. Tak lama sepertinya aku menemukannya!
          Deangan rasa agak kaget dan ragu aku mencoba mendekatinya.

“Em.. permisi…” aku mencoba menyapanya.

          Namja itu menoleh. Saat ku perhatikan wajahnya, memang benar ia yang ada di mimpiku! Dan juga separtinya dia mirip dengan seseorang yang ku kenal.

“Ada apa Hyung?” namja yang sedang makan dengan teman-temannya itu bertanya dengan nada dan tutur kata yang halus.
“Dari mana kau atau aku Sunbae-mu? Ah, iya aku Leeteuk.” Spontan aku memperkenalkan diri.
“Mm, ne~ Hyung Bangapseumnida.. aku Lee Taemin, dan ini teman-temanku, Minho, Onew, Jonghyun dan KEY”

          Mereka berlima sepertinya menyambutku dengan senang hati. Kemudian JaeDong datang mencariku, saat aku sudah mulai akrab dengan Dongsaeng-dongsaengku.

“Ya! Eeteuk lagi apa?” teriak Donghae yang masih berjalan ke arahku.
“Aaaah… Donghae, Hyukjae, ayo cepat kemari, kenalin…” kataku menghampiri lalu merangkul ke-dua sahabatku itu.
“Kenalin ini Lee Donghae dan Lee Hyukjae. JaeDong ini Taemin, Onew, Minho, Jonghyun dan KEY” kataku.
“Annyeong Haseyo Hyungdeul, Bangapseumnida… Maaf apa kalian ber-tiga bersaudara? Marganya Lee semua…” tany Taemin malu-malu.
“Ahh tidak, kami bersaudara tapi bukan dalam arti yang sebenarnya.” Sahut Donghae.

RRIIINNGGGG!!!
Beal tanda masuk sudah berbunyi.

“Ah, udah bel masuk, kami pergi dulu ya Hyung, annyeong!” ujar Onew sambil membungkukkabn badan.

          Kami kembali ke kelas, pelajaran Fisika dimulai. Aku tidak memperhatikan pelajaran yang paling aku sukai itu. Aku memikirkan sesuatu… anak itu… seperti seseorang yang ku kenal, tapi siapa? Dia kenapa ada dimimpiku, aku bahkan belum mengenalnya. Tapi 5 menit cukup untuk membuatku akrab dengannya.

“Leeteuk!” seseorang menyerukan namaku dengan keras. Ternyata 교사 (ibu guru)
“Ngelamun aja kamu, ayo maju kerjakan soal di depan!”

          Hah, guru ini menyebalkan sekali untung aku menyukai pelajarannya. Kemuadian, sejenak aku memperhatikan soalnya lalu maju dan mengerjakannya… dan tentu saja aku benar, ku lihat si Bu Guru tersenyum tipis. Saat aku akan kembali ke mejaku aku menyambut High Five dari Hyukjae. Kemudian jam-jam membosankan berlalu, pulang sekolah Hyukjae mengajakku ke taman seperti biasanya yang lalu kutolak mentah-mentah.

“Ahh.. Eeteuk, ayolahh.. aku traktir Ice Cream ayo!”

          Aku yang dari tadi menopang kepala dengan tanganku mendongak padanya, kemudian Donghae datang…

“Yoo!! Ngobrolin apa nih?” Tanya Donghae bersemangat seperti biasanya.
“Donghae ke taman yuk!” ajak Hyukjae.
“Ngapain?”
“Biasa laaahhh…”
“Biasa apanya? Kita kan ga’ pernah ke taman.” Jawab Donghae bingung.
“Jakkuman.. Ahh~ iya, mianhae ya, soalnya biasanya habis pulang sekolah aku sama Eetuk ke taman buat Refreshing.” Jelasnya.
“Ya ya.. sudahlah, ayo jadi ga’?” tanyaku.

          Kami pergi bersama ke taman dengan Donghae juga. Karena ada dia waktu bermain kami jadi tambah lama, jadi saat aku pulang ke rumah aku kelelahan dan langsung merebahkan badanku di sofa.
          Tiba-tiba saja, sekelebat bayangan terlintas di pikiranku. Anak itu lagi, Taemin! Apa ini? Sudahlah masa bodoh aku tidak peduli. Lalu akupun beranjak menuju kamar dan tidur. Haahh… sunggu hari yang melelahkan…

“Pergilah! Cepat! Atau kalian akan mati!” teriak Taemin yang sedang menggenggam sebilah pisau di tangannya, dan mengacungkannya padaku.

          Aku berlari, pergi menjauh darinya tanpa pikir panjang. Apa yang akan dia lakukan ? Apa dia akan membunuhku ? Aku berlari terlalu kencang sehingga aku terjatuh, aku mendongak ke atas berusaha berdiri.
          Seseorang mengulurkan tangannya, entah siapa, karena gelap aku tidak dapat melihatnya. Aku menyambut tangannya, aku berdiri. Orang ini lebih tinggi dari ku, aku berusaha mengenal siapa dia.
          Ditengah-tengah lamunanku, orang ini menepuk pundakku dengan tangan kirinya, kemudian mendekapku. Aku bingung, ada apa ini? Siapa dia? Saat ia melepaskanku dari dekapannya, aku merasakan hal yang aneh, sakit sekali. Ternyata… bagian kiri perutku terluka, sepertinya cukup dalam?
          Aku menatap tajam padanya, mataku mulai fokus, dia hampir terlihat. Tapi… tubuhku sudah tidak sanggup lagi dan… aku terjatuh entah masih hidup atau sudah mati?

          Aku bisa merasakan seseorang mengguncang-guncang tubuhku, dan aku langsung terbangun dengan keadaan setengah sadar.

“Ya! Eeteuk wae? Kau sakit?” Tanya seseorang yang suaranya kukenal.

          Aku mulai tersadar, ada Donghae dan Hyukjae di hadapanku. Aku terdiam, berusaha mencerna keadaan. Haaahh… mimpi lagi.

“Teuk kau kenapa? Kau berkeringat, kau sakit?” Tanya Hyukjae.
“Hmmm.. Ani, Cuma mimpi buruk..” jawabku pelan.
“Lagi? Gwaenchanayo? Kalo gitu ga’ usah sekolah!” kata Donghae.
“Ahh.. tidak perlu.. sudahlah, nan gwaenchana. Aku ganti baju dulu, kalian mau tunggu?” tanyaku seraya bangun dari tempat tidur.

          Kedua Namja itu mengangguk. Aku bersiap ke sekolah, dan seperti biasa kembali berangkat bersama mereka. Tapi kali ini, aku hanya diam di perjalanan juga sampai bel pulang berdering.

“Kau kenapa? Dari tadi ngelamun aja.” Tanya Hyukjae diperjalanan pulang.
“Hmmm… tidak, aku tidak lapar” jawabku.
“Ya, baiklah.. cepat pilanglah dan istirahan yang banyak, atau perlu ku panggilkan Taxi?
“Anio, seperti biasa kita jalan pulang bersama sekalian olahraga, kan?” kataku.
“Tapi wajahmu pucat, aku akan panggil Taxi!” balas Donghae.

          Aku melihat Donghae melambai-lambaikan tangannya ke jalanan untuk memanggil Taxi, dan satu Taxi berhenti didepan kami.

“Ayo, masuk!” kata Hyukjae.
“Ahh… kalian ini bagaimana. Tidak lihat ada orang didalamnya?” jawabku.
“Ada orang apanya? Kalo memang ada, Taxinya ga’ akan berhenti” kata Donghae sambil membuka pintu Taxi.
“Tuh! Ada orangnya. Ah, maaf Aghassi…”

          Kemudian Agahsii itu menengok dan memeandangku. Aku balik memandangnya… Je… Je.. JE RI?! LEE JE RI!!! i.. igeumwoya? Ini idak mungkin, dia sudah meninggal… Aku bergidik.

*Hyukjae POV*
Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada Eeteuk? Jelas-jelas Taxi-nya kosong, lalu entah bicara dengan siapa, sekarang dia bergidik, mematung didepan pintu Taxi. Kulihat sepertinya si supir Taxi udah mulai kesel. Aku menutup pintu Taxi dan meminta maaf pada si Supir.
          Eeteuk masih mematung dengan tangan bergetar, Donghae berusaha menyadarkannya. Aku menghampiri mereka, tapi kemudian Eeteuk jatuh tak sadarkan diri. Kami memanggil Taxi lain dan segera membawanya pulang.

“Hae, kau pulanglah! Biar aku yang menjaganya.”
“Gwaenchana?” Tanya Donghae, aku mengangguk.
“Arraseo, kalo ada apa – apa telepon aku ya?” ujarnya sambil berlalu.

          Aku melambai padanya, membayar supir Taxi, dan kemudian memapah Eeteuk ke dalam rumahnya. Karena rumahku benar-benar berantakan, persis gudang (?).

“Huufftt.. anak ini berat juga, kau disini saja ya?” tanyaku iseng pada Eeteuk yang masih pingsan.
“Haaahhh… apa yang bisa aku lakukan disini?”

          Ake pergi kedapur, dan membuka kulkas. Yaahh, rumahnya sudah kuanggap rumahku sendiri hahaha, Eeteuk jua mungkin tidak apa-apa aku ambil Cola-nya.
          Lalu aku  kembali ke ruang tamu dengan membawa baskom dan handuk kecil unttuk mengopmres Eeteuk, kemudian aku kembali lagi ke dapur untu7k mengambil beberapa cemilan. Setelah aku kembali barulah aku mulai mengompresnya kemudian mendengarkan lagu dari Earphone, aku tidak ingin mengganggunya dengan menyalakan TV.
          Sesekali aku meliriknya, muyngkin sudah kesekian kalinya, kulihat wajahnya begitu tenang saat tidur, bisa dibilang juga pingsan. Lagu “IN MY DREAM” yang aku dengarkan membuatku mengantuk, tapi kemudian suara Eeteuk menyadarkanku, dia mengigau tidak jelas. Juga terlihat raut wajah ketakutan.

“Ya, Ya, Eeteuk gwaenchana?” tanyaku pelan.

          Sepertinya dia belum sadar, aku mencoba menenangkannya. Aku memegang tangannya… dingin, lalu aku membagi earphoneku. Tapi kenapa ada bayangan kelima anak itu di pikiranku? Tak lama wajahnya kembali damai, aat aku juga merasa tenang tanpaku sadari aku juga tertidur.

          TING TONG! TING TONG!
Suara bel, mungkin Donghae. Bt the way mana Eeteuk? Mungkin ke kamar mandi. Kemudian aku langsung bergegas kepintu depan untuk membuka pintu.

*Donghae POV*
Mana sih anak itu? Lama sekali, aku hampir mati kedinginan. Kenapa mala mini dingin sekali? Kataku dalam hati sambil terus memencet bel. Akhirnya seseorang membukakan pintu…

“Aish.. lama banget sih? Dingin tau!” kataku sambil menerobos masuk.
“Hehe, mian ketiduran.” Ujar Namja payah itu seraya menutup pintu.

          Sambil membuka jaket dan meletakkan makanan yang aku beli tadi…

“Eeteuk mana? Dikamar?” tanyaku.
“Aku ga’ kuat angkat dia, makanya tadi aku taruh disofa. Sekarang mungkin sedang dikamar mandi.”

          Ternyata benar kudapati Eeteuk keluar dari kamar mandinya. Aku buru-buru menyeretnya ke sofa.

“Eeteuk gwaenchanayo? Aku menghawatirkanmu..”
“Kepalaku… sakit.” Balasnya lirih.
“Kau pasti belum makan, ini kubawakan banyak makanan untukmu.” Aku mengucapkan itu sambil menatap tajam kea rah Hyukjae. Dia hanya mengangkat alisnya.

*Leeteuk POV*
          Kedua sahabatku ini memang sangat perhatian, terutama masalah kesehatan. Donghae menawarkanku roti dan aku memakannya sedikit-sediki, tenggorokkanku kering…

“Bisa tolong ambilkan air untukku?”
Dan tanpa basa basi Hyukjae langsung mengambilnya.

“Kau kenapa sebenarnya? Akhir-akhir ini tingkahmu aneh. Makanlah pelan-pelan lalu ceritakan pada kami!” kata Donghae, aku mengangguk pelan.
         
          Setelah selesai mengisi perut, aku berusaha mengingat dan menceritakannya pada mereka walau kepalaku masih agak sakit rasanya. Aku menceritakan mimpiku-mimpiku, ke lima bocah yang sering muncul di mimpiku, jugaaa.. Je Ri…

“semua out mimpi, dan ada yang menjadi kenyataan?”
“Ne, tapi aku juga ga’ yakin apa semuanya akan menjadi kenyataan…” jawabku.
“Donghae meninggal? Yang benar saja?!”

          Aku hanya terdiam…

“Juga, aku tidak tau kau punya pacar, kupikir foto yang ada didompetmu itu adikmu Min Hee.” Kata Donghae.
“Ani, dia Lee Je Ri… adikku bersama orang tuaku di luar negeri.”
“Maaf, bukan maksudku… aku turut berduka terhadap Je Ri..”

          Aku kembali terdiam…

“Tunggu! Kau bilang tadi dimimpimu Minho? Anak dari kelas 10-8, dia menarikku, membawaku lari dari kejaran Taemin? Dia temannya kan? Membawa pisau?” Tanya Hyukjae panjang lebar.
“Sepertinya nanti aka nada kelas tambahan dan akan sampai malam.” Balasku.
“Yang benar saja! Apa kejadian itu akan berlangsung saat itu?!” Protes Donghae.
“Sebaiknya bersiap-siap…” kataku pelan, dua Namja itu langsung menolah padaku.

~Part 1 END~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar